Kalo kaki belum membumi, Jangan Buru-Buru Membidik Bintang

Ayo coba ingat, pas pertama coba panahan ada sedikit frustrasi diawal karena tarikan sudah sekuat tenaga, mata sudah ke bullseye, tapi anak panah malah meluncur entah ke mana.

Tenang, kamu tidak sendirian. Hampir semua pemanah pemula mengalami hal serupa. Mereka terlalu bersemangat ingin segera menancapkan anak panah tepat sasaran, sampai melupakan fondasi paling krusial: posisi berdiri atau Stance.

Coba bayangkan seorang pelari yang ingin memenangkan maraton tapi tidak pernah melatih posisi start yang benar. Atau seorang petinju yang mengandalkan pukulan keras tanpa kuda-kuda yang kokoh. Hasilnya pasti sempoyongan sendiri, bahkan bisa berbahaya.

Begitu pula dalam panahan. Stance adalah akar dari segala gerakan selanjutnya. Tanpa stance yang benar, bidikan seakurat apapun akan sia-sia.

KiSik Lee, legenda kepelatihan panahan kelas dunia, dengan tegas menyatakan bahwa stance itu lebih dari sekadar berdiri tegak. Dia menekankan bagaimana stance terhubung dengan:

  • “grounded” (membumi),
  • “great stillness” (ketenangan yang luar biasa),
  • “correct weight distribution on feet” (distribusi berat badan yang benar pada kaki), dan
  • “feeling energy of ground flow into body” (merasakan energi dari tanah mengalir ke dalam tubuh), sebagai yang paling..paling..basic dalam panahan.

Kedengarannya mungkin filosofis, tapi mari kita telaah lebih dalam.

Ketika kita berdiri dengan posisi yang benar, tubuh akan menjadi fondasi yang stabil.

Ibarat pohon yang akarnya kuat mencengkeram tanah, akan lebih mampu menahan guncangan dan mempertahankan keseimbangan saat menarik busur.

Distribusi berat badan yang merata memastikan tidak ada bagian tubuh yang tegang berlebihan, memungkinkan otot-otot yang dibutuhkan untuk menarik dan menahan beban bekerja secara efisien.

Lebih dari itu, stance yang benar membantu kita mencapai “great stillness”. Ketenangan ini bukan hanya fisik, tapi juga mental. Ketika tubuh Anda stabil dan seimbang, pikiran cenderung lebih fokus dan tidak terdistraksi oleh ketidaknyamanan atau rasa goyah. Kita bisa lebih hadir dalam momen saat menarik busur dan membidik target. Inilah mengapa dalam panahan, kita sering mendengar istilah “be present in the moment”.

Lalu, bagaimana dengan “feeling energy of ground flow into body”? Mungkin terdengar abstrak, tapi intinya adalah koneksi yang kuat dengan tanah memberikan rasa percaya diri dan kekuatan yang mendasar. Ketika Anda merasa “membumi”, Anda merasa lebih kokoh dan mampu mengendalikan gerakan tubuh Anda. Ini bukan sekadar berdiri; ini adalah membangun hubungan yang harmonis antara tubuh Anda dan tumpuannya. Ini sangat naluriah alami, bahkan sering kita tidak paham, tapi nyatanya sudah banyak melakukannya dala kegiatan keseharian.

Lantas, bagaimana sebenarnya cara berdiri yang “proper” dalam memanah? Berikut beberapa poin aplikatif yang bisa Anda terapkan:

  1. Lebar Kaki Sejajar Bahu (tepatnya, 5cm lebih lebar dari ukuran bahu): Mulailah dengan menempatkan kaki sedikit lebih lebar dari bahu. Posisi ini memberikan keseimbangan yang baik dari sisi kanan dan sisi kiri tubuh.
  2. Posisi Terhadap Target: Ada beberapa variasi posisi terhadap target, namun untuk pemula, posisi “square stance” (tubuh menghadap target tegak lurus) atau “open stance” (kaki depan sedikit lebih maju dari kaki belakang, membentuk sudut kecil terhadap target) seringkali direkomendasikan. Eksperimenlah untuk menemukan mana yang terasa paling nyaman dan stabil bagi Anda. Untuk lebih jelasnya baca artikel dihalaman lain tentang  square stance dan open stance.
  3. Distribusi Berat Badan Merata: Pastikan berat badan kita terdistribusi secara merata di kedua kaki. Hindari condong terlalu ke depan atau ke belakang. Rasakan titik tengah keseimbangan Anda.
  4. Lutut rileks namun Tidak Kaku: Tekuk sedikit lutut Anda. Tujuannya adalah untuk menjaga kelenturan dan menghindari kekakuan yang bisa mengganggu stabilitas. Jangan mengunci lutut Anda.
  5. Postur Tegak Namun Santai: Tegakkan tubuh Anda, namun pastikan bahu tetap rileks dan tidak tegang. Bayangkan ada tali yang menarik ubun-ubun kepala Anda ke atas, menciptakan garis lurus dari kepala hingga kaki.
  6. Keseimbangan Depan Belakang: Selain keseimbangan kiri dan kanan, perhatikan juga keseimbangan depan dan belakang. Anda seharusnya tidak merasa terlalu berat di bagian tumit, tapi sedikit condong kebagian alas kaki depan
  7. Rasakan Koneksi dengan Tanah: Bayangkan akar tumbuh dari telapak kaki Anda, mencengkeram tanah dengan kuat. Ini membantu Anda merasa lebih stabil dan “membumi”.

Banyak pemanah pemula yang inginnya “hit the ground running” (langsung tancap gas) tanpa menyadari bahwa “slow and steady wins the race” (pelan tapi pasti). Mereka terburu-buru ingin melihat hasil tanpa sabar membangun fondasi yang kuat. Akibatnya, mereka seringkali “barking up the wrong tree” (melakukan kesalahan mendasar) dan akhirnya frustrasi sendiri.

Jadi, sebelum kembali menarik busur dan berharap anak panah terbang indah, luangkan waktu sejenak untuk memeriksa stance Anda. Rasakan bagaimana kaki Anda menapak di tanah, bagaimana berat badan Anda terdistribusi, dan bagaimana ketenangan mulai menyelimuti tubuh Anda.

Ingatlah, perjalanan seorang pemanah hebat dimulai dari pijakan yang mantap. Jangan abaikan langkah pertama ini, karena “a good beginning makes a good ending” (awal yang baik menentukan akhir yang baik). Siapa tahu, dengan stance yang benar, membidik bintang bukan lagi sekadar mimpi! Tertarik untuk merasakan sendiri ketenangan dan kekuatan yang berawal dari stance yang benar? Mari mulai petualangan memanah Anda!

Similar Posts