Pelajaran dari Hanlon’s Razor: Jangan Cepat Berprasangka

Pernahkah kamu merasa dicuekin rekan kerja karena pesanmu tidak dibalas, lalu buru-buru berpikir, “Wah, dia pasti sengaja!”? Atau ketika atasan memberi koreksi tajam, lalu otomatis menganggap itu bentuk personal attack? Padahal, bisa jadi semua itu bukan soal niat buruk—melainkan sekadar miskomunikasi, kelelahan, atau bahkan lupa.

Inilah yang disebut dengan Hanlon’s Razor, sebuah prinsip sederhana tapi tajam:
“Never attribute to malice that which is adequately explained by stupidity (or ignorance).”
Alias: jangan buru-buru menganggap orang jahat, kalau sebenarnya itu bisa dijelaskan dengan ketidaktahuan atau keteledoran biasa.

Kenapa Ini Penting di Dunia Kerja?

Di kantor, persepsi sering lebih cepat terbentuk daripada fakta. Kita gampang sekali masuk ke mode “he’s against me” hanya karena sebuah email pendek, ekspresi wajah yang dingin, atau keputusan yang tidak sesuai harapan. Padahal, kalau mau jujur, sebagian besar drama di tempat kerja bukan karena hidden agenda—tapi karena innocent mistake.

Seperti idiom Inggris bilang, “don’t jump the gun.” Terlalu cepat menyimpulkan hanya akan menambah bensin ke api yang sebenarnya kecil.

Contoh Sehari-hari

  • Pesan whatapps tanpa emotikon: kamu baca sebagai ungkapan malas merespon, padahal rekanmu memang tipe yang singkat-padat-jelas.
  • Atasan lupa menyebut kontribusimu: kamu kira sengaja menutupi, padahal dia cuma sedang kebanjiran informasi.
  • Teman tidak hadir di rapat: kamu anggap meremehkan, padahal ia sedang stuck di jalan karena macet.

Dengan kata lain, kita sering lebih sibuk mengarang storyline ketimbang mencari penjelasan rasional.

Efek Domino dari Salah Asumsi

Begitu prasangka buruk terbentuk, efeknya bisa panjang:

  • Hubungan kerja jadi dingin.
  • Komunikasi macet karena enggan terbuka.
  • Kolaborasi menurun karena masing-masing sibuk pakai “tameng.”

Seperti pepatah, “Assumption is the mother of all screw-ups.”

Bagaimana Menerapkan Hanlon’s Razor?

  1. Pause Before Reacting
    Saat emosi muncul, tarik napas dulu. Tanyakan: “Apakah ini benar-benar niat buruk, atau sekadar kelalaian?”
  2. Clarify, Don’t Speculate
    Alih-alih bikin asumsi liar, tanyakan langsung dengan cara yang sehat. Komunikasi sederhana bisa menghapus drama panjang.
  3. Build Generous Mindset
    Mulailah dengan memberi orang lain “benefit of the doubt.” Ini bukan berarti naif, tapi memilih sikap lebih ringan ketimbang terjebak dalam racun prasangka.
  4. Separate Pattern from Incident
    Kalau hal yang sama terjadi berulang kali dengan pola jelas, mungkin memang ada niat buruk. Tapi kalau hanya sekali-sekali, kemungkinan besar itu murni keteledoran.

Dari Razor Jadi Kompas

Hanlon’s Razor tidak meminta kita menutup mata dari manipulasi nyata. Justru sebaliknya, ia melatih kita membedakan antara “kesalahan biasa” dan “toxic intention.” Dengan begitu, energi kita tidak habis untuk salah paham, tapi bisa dipakai untuk hal-hal yang lebih produktif.

Seperti kata pepatah lain, “Pick your battles wisely.” Tidak semua hal perlu dijadikan medan perang.

Penutup

Kehidupan modern sudah cukup melelahkan tanpa tambahan drama dari prasangka yang tidak perlu. Dengan memegang prinsip Hanlon’s Razor, kita belajar untuk tidak mudah curiga, tapi juga tidak buta. Kita belajar menjaga inner peace di tengah hiruk pikuk kantor.

Karena pada akhirnya, yang sering bikin kita capek bukanlah pekerjaan itu sendiri—melainkan cerita fiksi yang kita ciptakan di kepala.

Similar Posts